BANTUAN KEMANUSIAAN DALAM KEADAAN MENDESAK ?

Ini kisah diujung perayaan Penyaliban Yesus - Jumat Agung 2011.
Jumat kemarin, seorang bapak miskin sakit. Sabtu pagi, anaknya karena lapar tidak ada makanan menghubungi saya. Setelah saya kunjungi dan mengetahui keadaan keluarga tsb, ya memang kalau bapak tidak cari nafkah hari itu, apalagi sejak kemarin, maka mereka tidak mempunyai nafkah, ....  tidak ada lagi makanan.  Teringat sekilas doa Bapa Kami :   .... berilah kami makanan kami hari ini..... dalam rumusan doa menjadi .... berilah kami rejeki pada hari ini.

Mau apa ?  Inspirasi BERBAGI LIMA ROTI DAN DUA IKAN  di hari sesudah Jumat Agung, sabtu SUNYI .....   
Makanan kami hari ini?  3 orang anak lapaaaar .......  bahkan untuk minum air yang masak / digodog juga tidak bisa karena tidak ada minyak tanah, apalagi masak nasi (beras aja tak ada, jadi kalau diberi beras itu belum bisa makan juga karena perlu dimasak). Maklum orang miskin punyanya masih kompor minyak tanah. Untuk mencari minyak tanah ternyata di saat ini tidak semua warung menjual minyak tanah, tanya sana tanya sini, akhirnya diberitahu di mana penjual minyak tanah. Dan harganya seliter Rp 10.000. Kata penjualnya, di hari-hari ini minyak naik....  mengikuti HARGA PASAR .....   Beli satu liter untuk masak air dan untuk masak nasi hari ini.....
Tuhan Yesus, benar SabdaMu, orang miskin akan selalu besertamu ....   tapi semangat berbagi tidak selalu ada padamu.
Siang hari, ada seorang menelpon saya. Teman itu menanyakan kepada saya: Bruder, di mana ada yayasan yang kiranya membutuhkan, karena ada teman saya nih yang mau menyumbang untuk yayasan .....    
Uah, kantor Yayasan (di mana-mana) .... tutup ....  tidak memberi pelayanan karena hari MInggu Suci  ???  ---  prosedural begitu, tunggu nanti kalau sudah buka kantornya....   (butuh yayasan lembaga formal, tapi butuh TANGGAP DARURAT ....   )
Duilah, rupanya ini dalam rangka paskahan ....   lalu saya bilang, ini ada keluarga untuk sekitar beberapa hari kesulitan nafkah / makanan .... 5 jiwa (bapak yg sakit, isterinya, dan 3 anak kecil ) ....   apa mau membantu, kalau mau ayo ketemu langsung ke tempat orang miskin itu.  Eh, jawabnya: yang dicari teman saya itu yayasan koq......  
Telepon selesai dan tak ada lanjutannya .... he, he, he....... Saya duga nanti kan menelpon lagi ....  Ternyata tidak pernah berlanjut .....
Berilah kami rejeki pada hari ini ........    semoga Yesus bangkit, dan juga bapak pemberi hidup keluarganya itu bisa bangkit nggenjot sepeda lagi untuk cari makan dari hari ke hari .....  Yesus dibangkitkan oleh Bapa di Sorga, dan .......   Anda juga ikut bersemangat kebangkitan yang membangkitkan.....    Kebangkitan badan .....    apa maknanya?

Tuhan dalam Roh KudusNya, berkarya terus tanpa kita tahu, seperti angin yang bertiup kemanapun ....  Rupanya Tuhan mengutus yang sesuai rencana dan kehendakNya (karena ini sudah menjadi kenyataan). Setelah saya berbagi dulu informasi ini ke internet, secara japri ada orang yang tersentuh dan tergerak. Itulah pertolongan Tuhan ....   
PASKAH 2011, hari penyelamatan dunia - yang diselamatkan adalah yang melaksanakan Firman Yesus untuk melakukan kasih ......

...............................................................


Yang kita hadapi adalah masalah bapak yang sakit, tapi sekaligus bersamaan dengan itu: karena bapak itu tidak bisa mencari nafkah, maka isteri dan 3 anaknya ikut menjadi masalah yaitu kehidupan, dalam hal ini mendasar yaitu kebutuhan pokok makan. Tegasnya: lapar - kelaparan ...

Tapi fokus perhatian saya sebenarnya adalah pada bantuan anak-anak miskin supaya bisa bertumbuh-kembang.

.......................................................
Saya tiap hari mengunjungi untuk memantau dan membantu (selama seminggu).......
Saya berkonsultasi dg Tuhan untuk tiap kali ada tugas pelayanan semacam ini. Dengan saya mencoba mengikuti inspirasi yg saya peroleh sebisa saya mencari dan melayani apa yang Tuhan kerjakan, ternyata obat-obatan yang saya sampaikan dari waktu ke waktu dapat menolong bapak itu. Dan juga bahan-bahan keperluan hidup dari hari ke hari, ternyata bisa membantu selama keadaan krisis darurat / sakit itu. 
Bapak itu yang waktu hari Senin, 25 April 2011 saya datang mengunjunginya, ia membukakan pintu kamar pondokannya (kamar kost seluas 3 x 5 meter persegi utk semua keluarganya), e, dalam keadaan berdiri bapak itu pingsan, langsung kami pegang dan tidurkan. Ia rupanya kelelahan, kurang gizi dan kena flu, sakit gigi dan sariawan.i saya kunjungi dengan membawa bantuan kebutuhan hidup.
Hari Rabu 27 April 2011, bapak itu sudah mulai bisa jalan sendiri dan mengatakan bahwa kondisinya sudah terasa membaik. Tapi ia belum bisa makan nasi karena mulutnya ada sariawan dan ternyata juga sakit gigi. Dengan obat sakit gigi yang saya berikan, ternyata juga sudah hilang rasa sakit giginya. 

Setelah istirahat, perbaikan gizi dan pengobatan sederhana tsb, Bapak itu menggenjot sepedanya untuk mencari nafkah lagi bagi keluarganya. Dengan demikian, anak-anaknya bida mendapatkan kelangsungan hidup untuk bertumbuh-kembang. 

Syukur kepada Tuhan. Amin.

Salam
Br. Yoanes FC
Minggu, 2 Mei 2011

MARI IKUT PEDULI DAN RELA BERBAGI


SUARA PEMBARUAN DAILY
BEBAS DARI LAPAR ADALAH HAK ASASI MANUSIA

BANTUAN MAKAN UNTUK ANAK-ANAK MISKIN

ANAK-ANAK SMP DIBERI MAKAN SIANG AGAR MEREKA DAPAT MENGIKUTI PELAJARAN SAMPAI SORE DAN SEKALIGUS SEBAGAI TAMBAHAN GIZI
(SEKALI DAYUNG DUA PULAU TERLAMPAUI).
SEMUA TERJADI BERKAT KELIMPAHAN TUHAN BAGI ANAK-ANAK MISKIN MELALUI PARA DONATUR YANG PENUH PEDULI KASIH.
APAKAH INI YANG DISEBUT UPAYA MEMBANGUN EKONOMI BERKEADILAN SOSIAL ?
ATAU DALAM BAHASA RELIGIUSNYA DISEBUT ORANG-ORANG ATAU MASYARAKAT DENGAN PEDULI KASIH.

---------------------------------------------------------------
PENGERTIAN MISKIN DAN MELARAT
MISKIN ATAU BIASA DISEBUT TIDAK MAMPU ATAU KURANG MAMPU DALAM BAHASA SEHARI-HARI (UNTUK MENGHALUSKAN) ADALAH KEADAAN INTERVAL BATAS BAWAH DARI KEMAMPUAN EKONOMI SESEORANG ATAU KELUARGA ATAU MASYARAKAT. BILA SUDAH BERADA DI BAWAH GARIS KEMISKINAN, MAKA DISEBUT MELARAT.
ANAK MISKIN ADALAH ANAK-ANAK YANG RENTAN DALAM KEMAMPUAN EKONOMINYA. MEREKA ITU MASIH BISA MAKAN SEHARI-HARI MESKI KADANG TIDAK SELALU BISA 3 KALI MAKAN SEPERTI ORANG-ORANG PADA UMUMNYA, SELAIN ITU BOLEH JADI GIZINYA KURANG. BILA MEREKA ADA KEBUTUHAN ATAU TUNTUTAN EKONOMI SECARA MENDADAK, MEREKA TAK BISA MEMENUHINYA. JUGA MEREKA BISA MASUK DALAM KATEGORI LAPAR GIZI. ANAK-ANAK PEREMPUAN USIA SMP YANG SUDAH HAID, MEMBERI INDIKASI TENTANG KEADAAN ITU SECARA CUKUP JELAS. MEREKA AKAN MENGALAMI ANEMIA BILA TIDAK MAKAN CUKUP GIZI PASCA-HAID.
MELARAT ADALAH KEADAAN DI MANA SESEORANG ATAU KELUARGA ATAU MASYARAKAT YANG SUDAH TIDAK BISA LAGI MENJAMIN KEBUTUHAN PRIMER DARI HIDUP EKONOMI. BIASA DISEBUT DI BAWAH GARIS KEMISKINAN. INI SUATU KEADAAN KRONIS (MENAHUN DAN BERKEPANJANGAN) TIDAK BISA MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP, MESKI MEREKA MASIH HIDUP BOLEH JADI DAYA BELAJAR DAN DAYA KERJA KURANG.

KEGIATAN TAMAN GIZI UNTUK ANAK-ANAK KURANG MAMPU

ANAK-ANAK MINUM SUSU DAN MAKAN ROTI


KEGIATAN TAMAN GIZI UNTUK ANAK-ANAK KURANG MAMPU

KEGIATAN MIMUM SUSU DAN MAKAN ROTI
DI KANTIN SEKOLAH

KEGIATAN TAMAN GIZI UNTUK ANAK-ANAK KURANG MAMPU


KEGIATAN MEMBERI MAKAN
ANAK-ANAK KURANG MAMPU


========================================================
INFORMASI AKTUAL
Catatan A. Umar Said
13 juta anak kelaparan & 100 juta orang miskin !
Di tengah-tengah banjirnya berita-berita tentang korupsi di negeri kita, yang di antaranya ada yang meliputi jumlah sampai triliunan atau ratusan miliar Rupiah, dan banyaknya kasus penyelewengan atau penyalahgunaan kekuasaan di kalangan tokoh-tokoh eksekutif, legislatif, judikatif, partai-partai politik, pengusaha-pengusaha besar dll dll, maka ada berita yang bisa membikin banyak orang kaget, atau marah, atau tercengang. Berita ini adalah yang menyatakan bahwa 13 juta anak-anak Indonesia menderita kelaparan karena kekurangan makanan !!!. (tanda seru tiga kali)Menurut harian Suara Pembaruan tanggal 11 Juli 2007, Badan Dunia yang menangani masalah pangan, World Food Programme (WFP) memperkirakan, anak Indonesia yang menderita kelaparan akibat kekurangan pangan saat ini berjumlah 13 juta orang. Direktur Regional Asia WFP, Anthony Banbury, mengatakan bahwa anak-anak yang kelaparan itu tersebar di berbagai tempat di Tanah Air khususnya di tiga kawasan, yakni perkotaan, daerah konflik, dan daerah rawan bencana.Ketika membaca berita yang macam ini, sungguh, wajarlah kiranya kalau banyak orang bertanya dengan berang dan teriak keras: “Mengapa bisa terjadi yang begini ini di negeri kita yang dikatakan orang sebagai negeri kaya ?” Dan, juga, sepatutnyalah kalau ada orang-orang yang mengatakan bahwa adanya 13 juta anak-anak Indonesia yang kelaparan itu membikin kita semua bertanya-tanya : apa sajakah yang tidak beres di negara kita? Dan siapa-siapa sajakah yang bersalah dan harus bertanggungjawab?

Kelaparan dan kemiskinan
Banyaknya anak-anak yang kelaparan (mohon diperhatikan: 13 juta anak itu tidak sedikit!) agaknya mengharuskan kita semua untuk peduli atau peka-rasa terhadap keadaan yang menyedihkan bangsa ini. Sebab, anak-anak yang kelaparan itu pada umumnya juga mengalami berbagai macam penderitaaan lainnya lagi yang menyedihkan. Kalau untuk makan saja sudah kekurangan, maka tentu saja, akan lebih sulit lagi untuk mendapatkan lain-lainnya untuk bisa hidup biasa. Anak-anak ini, biasanya kemudian menderita kurang gizi, kurang vitamin, mudah kejangkitan penyakit, sulit sekolah, tidak bisa belajar baik, tidak bisa hidup normal seperti anak-anak lainnya dll dll. Jelaslah bahwa berbagai akibat amat negatif ini merupakan kerugian besar bagi generasi bangsa yang akan datang.Apalagi, keadaan negara dan bangsa kita yang menyedihkan dengan adanya kelaparan anak-anak yang begitu besar jumlahnya itu diperburuk lagi oleh besarnya jumlah penduduk yang miskin di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2007 sebanyak 37,17 juta jiwa. Bagi kalangan pengamat, data kemiskinan BPS ini bertentangan dengan realitas (Media Indonesia, 4 Juli 2007). Sedangkan menurut laporan Australia-Indonesia Partnership (Juli 2004) “Lebih dari separuh penduduk Indonesia yang berjumlah 210 juta rawan terhadap kemiskinan. Pada tahun 2002, Bank Dunia memperkirakan 53% penduduk atau sekitar 111 juta jiwa, hidup di bawah garis kemiskinan standar internasional yaitu US$ 2 per hari. Kemiskinan bukan hanya sekedar masalah pendapatan dan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari yang tidak memadai. Banyak penduduk miskin dan kurang mampu belum memiliki akses ke pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dan gizi yang cukup. Sekitar 25 juta penduduk Indonesia buta huruf. Hampir 50 juta jiwa menderita gangguan kesehatan, sementara jumlah yang sama tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan. Banyak komunitas tidak memiliki infrastruktur dasar yang memadai seperti penyediaan air bersih, sanitasi, transportasi, jalan raya dan listrik. Persepsi bias terhadap perempuan masih berlaku, sementara konflik sosial dan agama serta bencana alam telah menyebabkan jutaan penduduk mengungsi dan terjerumus ke lembah kemiskinan atau sangat rawan akan kemiskinan” (kutipan laporan selesai).

Terburuk dalam 36 tahun terakhir!
Keadaan negara yang sangat buruk dewasa ini juga telah dipaparkan oleh Bomer Pasaribu, Wakil Ketua Badan Legislasi DPR sebagai berikut : « Kondisi masyarakat Indonesia saat ini merupakan yang terburuk dalam 36 tahun terakhir. Hal itu dilihat dari melonjaknya angka kemiskinan serta meledaknya angka pengangguran, yang bila tak segera diatasi akan menjadi masalah besar bangsa, » katanya dalam makalah yang disampaikan pada Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 di Medan, Dia mengatakan, seiring dengan melonjaknya angka kemiskinan, angka pengangguran juga makin meledak. Tahun 2004, pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 9,7 persen, sementara tahun 2005 meningkat menjadi 10,3 persen."Akibat parahnya kesulitan ekonomi, pengangguran diperkirakan meningkat menjadi 11,1 persen tahun 2006. Bila ditotal dengan seluruh jenis pengangguran di Indonesia tahun 2006 diperkirakan mencapai 41 persen atau lebih dari 40 juta orang," katanya. (Antara News, 7 Juli 2007)Dengan melihat angka-angka 13 juta anak-anak kelaparan, dan lebih dari 100 juta orang hidup dengan kurang dari $ 2 sehari, serta sekitar 40 juta orang menganggur, maka jelas bahwa kondisi masyarakat Indonesia dewasa ini adalah buruk sekali, bahkan yang terburuk dalam 36 tahun terakhir !Perlu gerakan moral untuk “membrontak”!Mengingat keadaan yang sangat menyedihkan demikian ini, maka terasa perlu sekali adanya gerakan moral yang dilancarkan oleh sebanyak mungkin kalangan dan golongan untuk menyuarakan -- secara lantang dan sesering mungkin ! -- kemarahan atau protes kita. Gerakan moral yang seyogianya didukung oleh segala macam bentuk kegiatan ini bisa dilakukan oleh partai-partai politik, dan segala macam ormas dan ornop, serta kelompok dan golongan dalam masyarakat luas. Partisipasi aktif kaum buruh, tani, pemuda, mahasiswa, perempuan, kaum miskin kota, amat penting dalam gerakan moral ini.Juga, dalam gerakan moral ini, para intelektual, seniman, sastrawan, wartawan, penyair, pelukis, artis, perlu didorong untuk “membrontak” dengan berbagai cara dan bentuk terhadap keadaan yang menyedihkan ini. Artikel-artikel ilmiah perlu dibuat, segala macam tulisan perlu dikarang, lagu-lagu perlu digubah, ceramah dan seminar perlu diadakan, segala macam pertemuan perlu diselenggarakan, untuk menyalurkan protes, dan sekaligus membangkitkan semangat perlawanan dan menggugah keberanian untuk mengubah keadaan.Gerakan moral semacam ini akan bisa merupakan jalan atau cara meningkatkan kesedaran bersama untuk melakukan segala macam perlawanan terhadap kelaparan anak-anak, terhadap kemiskinan yang menimpa begitu banyak penduduk dan terhadap pengangguran yang menganga begitu lebar itu. Seringnya diangkat terus masalah-masalah ini, dalam berbagai bentuk dan cara, oleh sebanyak mungkin kalangan dan golongan juga bisa merupakan “peringatan” bagi para penguasa dan “tokoh-tokoh” di berbagai lembaga pemerintahan dan masyarakat bahwa bangsa dan negara kita sedang menghadapi problem-problem yang cukup dahsyat dan mengerikan.
Gerakan melawan korupsi sebagai partner
Gerakan moral untuk melawan kelaparan anak-anak, kemiskinan, dan pengangguran, yang didukung oleh berbagai macam kelompok dan golongan dalam masyarakat ini bisa menjadi sekutu atau kawan seiring dengan gerakan moral melawan korupsi, yang juga merupakan penyakit parah bangsa kita. Sebab, korupsi juga merupakan bagian dari sebab-sebab berbagai masalah yang diderita rakyat. Oleh karena itu, dalam kedua macam gerakan moral tersebut seyogianya semua fihak berusaha saling membantu, saling mendukung, saling mendorong, dengan menjauhi persaingan yang tidak sehat atau permusuhan yang tidak menguntungkan kepentingan bersama.Mengingat besarnya dan luasnya berbagai masalah-masalah parah tersebut, maka alangkah baiknya kalau dalam gerakan moral ini tidak banyak dipersoalkan ideologi, atau aliran dan faham politik, atau agama dan keyakinan. Baik golongan Islam, maupun Katolik atau Protestan, baik yang Hindu maupun Buda, atau baik yang nasionalis maupun yang kiri, semuanya perlu didukung atau dibantu kegiatan mereka, asal terbukti tulus, jujur, bersih dan sungguh-sungguh untuk melawan kelaparan, kemiskinan dan pengangguran. Gerakan moral melawan berbagai ketimpangan sosial yang serius ini, bisa juga merupakan kritik terhadap kebejatan moral – terutama di kalangan elite dan “tokoh-tokoh” – yang korup, dan tega hidup foya-foya dengan mewah berlebih-lebihan, ketika sebagian besar rakyat kita dalam kesusahan yang penuh derita. Sebab, sikap mental sebagian besar “kalangan atas” masyarakat Indonesia terhadap kehidupan rakyat banyak pada umumnya adalah sangat buruk, bahkan sangat banyak yang tidak peduli sama sekali. Banyak di antara mereka yang sudah menjadi pengkhianat kepentingan rakyat. Mereka inilah yang harus dikritik, atau dihujat, dan dijadikan salah satu di antara sasaran gerakan.

Apa sajakah sebabnya dan siapakah yang salah?
Selain itu, diangkatnya sering-sering berbagai masalah besar tersebut di tengah-tengah masyarakat merupakan juga pendidikan politik bagi orang banyak. Sebab, dalam mempersoalkan kelaparan jutaan anak-anak, atau kemiskinan yang besar-besaran, atau pengangguran yang luas, atau korupsi yang merajalela, agaknya terpaksalah akhirnya mempertanyakan apa-apa sajakah sebab-sebabnya, atau apa sajakah atau siapakah yang salah dan bagaimanakah kiranya mengatasinya atau mengubahnya.Pandangan kritis atau yang mempertanyakan itu semuanya, yang diajukan oleh banyak orang, akan memungkinkan tumbuhnya kesadaran tentang perlunya solidaritas dalam perjuangan untuk melawan musuh yang sama juga, yaitu yang berupa kesenjangan sosial yang sangat parah.. Kesadaran kolektif ini kemudian bisa meningkat ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu pengenalan yang lebih baik terhadap sebab-sebab segala masalah besar tersebut.Ketika berbagai masalah besar yang menyedihkan tersebut diatas diangkat dan ditelaah dalam-dalam, maka akan nampak dengan jelaslah bahwa berbagai akarnya itu terletak dalam sistem pemerintahan, dan politik, dan pengelolaan negara, (dan juga faktor manusianya!) yang sudah disandang sejak lama, yaitu sejak Orde Baru yang diteruskan oleh berbagai pemerintahan sesudahnya, sampai sekarang. Jadi, masalah-masalah besar itu adalah penyakit yang sudah kronis selama puluhan tahun, yang tidak dapat diatasi oleh pemerintahan yang sudah berganti-ganti, tetapi yang pada pokoknya tetap menjalankan politik yang sama atau itu-itu juga.Karena selama 32 tahun Orde Baru tidak bisa diadakan perubahan-perubahan radikal dalam kehidupan rakyat, demikian juga halnya selama pemerintahan yang berganti-ganti sesudahnya, maka kemungkinan untuk adanya perubahan-perubahan besar di kemudian hari juga tetap tipis sekali, kalau sistem kekuasaan politik yang lama masih diteruskan. Perubahan besar atau radikal atas nasib rakyat hanya bisa terjadi kalau ada perubahan radikal dalam kekuasaan politik, yang memungkinkan dilaksanakannya perubahan-perubahan besar yang menguntungkan kepentingan rakyat banyak.Jadi, berdasarkan pengalaman 32 tahun Orde Baru ditambah sekitar 10 tahun pasca-Suharto bisalah kiranya diramalkan bahwa jumlah anak-anak yang kelaparan, dan jumlah penduduk miskin serta pengangguran akan tetap besar di kemudian hari, selama berbagai politik pemerintahan tidak dirobah secara radikal, dan diganti dengan yang betul-betul mengabdi kepada kepentingan rakyat banyak.Salah besar, kalau “nrimo” saja !Bahwa 62 tahun sesudah diproklamasikannya kemerdekaan negara kita, sekarang ini masih terdapat 13 juta anak-anak yang kelaparan, dan lebih dari 100 juta orang masih miskin, serta sekitar 40 juta orang tidak punya pekerjaan tetap, adalah suatu hal yang keterlaluan !!! Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kalau kita menyuarakan kemarahan dan menghujat berbagai politik pemerintahan yang menyebabkan lahirnya masalah-masalah besar yang menyengsarakan begitu banyak orang, dan dalam jangka waktu lama pula.Adalah kuajiban kita semua yang luhur, dan juga hak kita semua yang sah dan adil, untuk bersama-sama memperjuangkan terberantasnya berbagai masalah besar tersebut di atas, sambil mengajak berbagai kalangan mana pun dan golongan apa pun untuk bangkit mengusahakan terjadinya perubahan sistem politik dan pemerintahan, dan menjadikannya betul-betul pro-rakyat.Agaknya, perlu menjadi kesadaran kita bersama bahwa keadaan negara dan rakyat yang begitu menyedihkan dewasa ini sama sekali bukanlah takdir Ilahi, dan bahwa kelaparan jutaan anak-anak serta kemiskinan 100 juta orang lebih atau pengangguran 40 juta orang bukanlah pula kehendak Tuhan. Adalah tugas bersama kita semua untuk merubah keadaan yang menyengsarakan rakyat banyak itu. Dan adalah salah sama sekali kalau kita bersikap “nrimo” saja.Hanya melalui jalan dan cara itulah maka masyarakat adil dan makmur -- yang dicita-citakan rakyat Indonesia bersama dengan Bung Karno -- akan dapat dicapai. Pengalaman berbagai negeri di Amerika Latin (antara lain Venezuela dan Bolivia) memberikan contoh yang menarik, tentang pentingnya perubahan kekuasaan politik guna mengadakan perubahan fundamental demi kepentingan rakyat banyak. Dan bukannya dengan cara-cara Orde Baru beserta berbagai pemerintahan yang menggantikannya.Juga, pengalaman kita bersama selama puluhan tahun membuktikan dengan jelas sekali, bahwa hanya melalui perubahan sistem kekuasaan politik yang betul-betul pro-rakyatlah kita akan bisa menciptakan masyarakat adil dan makmur, sehingga bisa mentrapkan Pancasila secara nyata (dan menurut jiwanya yang asli, dan bukannya Pancasila palsu à la Orde Baru) dan sungguh-sungguh menjunjung tinggi-tinggi Bhinneka Tunggal Ika.
Paris, 15 Juli 2007